Thursday, November 10, 2011

Ibadah Haji: Penyatuan Umat Islam dan Pentingnya Daulah Khilafah

Oleh: Kalam Putih

Di antara pengajaran terpenting dari ibadah haji ialah ingatan tentang penyatuan umat islam (wahdah al-ummah). Umat Islam dari seluruh pelusuk dunia berkumpul untuk melakukan ibadah yang sama, zikir yang sama, di tempat yang sama dan dengan busana ihram yang sama; tanpa mempedulikan lagi batasan negara bangsa (nation state), berbezaan suku, warna kulit, bangsa, dsb.

Semua itu mengingatkan kita akan sifat umat Islam sebagai umat yang satu (ummatan wahidah). Rasulullah saw. menegaskan hal itu di dalam Piagam Madinah:

Ini adalah piagam perjanjian dari Muhammad saw. antara orang-orang Muslim dan Mukmin dari Quraisy dan Yatsrib serta orang-orang yang menyusul mereka, bergabung dengan mereka dan berjihad dengan mereka. Sesungguhnya mereka adalah umat yang satu (ummatan wahidah), berbeza dengan manusia lainnya.

Wujudnya sifat umat yang satu itu tiada lain karena adanya tali pengikat yang satu di antara mereka, yaitu agama Islam. Maka Allah SWT berfirman:


وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah dan jangan bercerai-berai (QS Ali Imran [3]: 103).

Persatuan Hakiki


Berkumpulnya jamaah haji dari seluruh pelusuk dunia akan menyedarkan mereka, bahawa yang mempersatukan umat Islam hanya satu faktor saja, yaitu agama Allah (Islam). Sementara faktor lainnya baik suku, warna kulit, bangsa, dsb, sesungguhnya bukanlah faktor yang menyatukan mereka. Tidak ada manusia yang berkuasa memilih atau menolak dilahirkan sebagai suku, warna kulit, atau bangsa tertentu. Semua itu hanyalah qadha yang terkait dengan penciptaan manusia, tanpa ada kuasa dan hak memilih bagi manusia. Allah menciptakan manusia berbilang bangsa untuk manusia saling mengenal. Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal (QS al Hujurat [49]: 13).

Walaupun umat Islam terdiri dari berbilang bangsa dan warna kulit. Namun dengan perbezaan dan keragaman itu umat Islam tetap merupakan umat yang satu dan ibarat satu tubuh sebagaimana digambarkan oleh Nabi saw.:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي تَواَدِهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُم عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَى

Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi dan berlemah lembut adalah umpama satu tubuh. Jika ada satu organ tubuh yang sakit maka seluruh tubuh lainnya akan turut tidak boleh tidur dan merasa demam (HR Muslim).
Jelaslah, inilah diantara pengajaran terpenting dari ibadah haji, iaitu ingatan tentang penyatuan umat Islam. Umat Islam dari seluruh pelusuk dunia seharusnya menjadi umat yang satu.

Dasar Penyatuan

Penyatuan umat Islam dan sifat umat yang satu itulah yang menjadi dasar dari adanya negara yang satu (dawlah wahidah), iaitu satu negara Khilafah dengan satu kepemimpinan seorang khalifah untuk seluruh umat Islam di seluruh dunia.

Jika kebangsaan menjadi dasar bagi negara-bangsa, maka bagi umat Islam, sifat umat yang satu menjadi dasar bagi negara Khilafah yang satu. Tidak boleh ada lebih dari satu negara Khilafah bagi seluruh kaum Muslim dari Maghribi hingga ke Indonesia. Rasulullah saw. bersabda:


إِذَا بُوْيِعَ لِخَلِيْفَتَيْنِ فَاقْتُلُوْا الآخِرَ مِنْهُمَا

Jika dibaiat dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya
(HR Muslim).

Berdasarkan nas-nas tersebut, “Imam-imam mazhab yang empat sepakat bahwa tidak boleh kaum Muslim pada masa yang sama di seluruh dunia mempunyai dua Imam (Khalifah), baik keduanya bersepakat maupun bermusuhan”

Imam an-Nawawi juga menegaskan: “Para ulama telah sepakat bahwa tidak boleh mengangkat dua orang Khalifah pada waktu yang sama, baik Darul Islam itu luas maupun tidak.

Urgensi Khilafah


Pengajaran penting lainnya dari ibadah haji adalah kesedaran akan perlunya negara Khilafah (ahammiyah dawlah al-Khilafah). Dapat disaksikan bahwa kaum Muslim datang ke Tanah Suci untuk berhaji dari berbagai negeri di lima benua berbeza, bukan hanya dari Jazirah Arab yang menjadi titik bermulanya agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw.

Bagaimana Islam dapat tersebar sedemikian luas? Sesungguhnya, jawapannya hanya satu. Adanya umat Islam yang berada di berbagai negera di pelbagai pelusuk bumi terjadi kerana adanya negara Khilafah yang melakukan futuhat (penaklukan) dan aktiviti dakwah ke seluruh dunia.

Para ulama besar termasuk Walisongo yang menyebarkan dakwah di Nusantara pada sekitar abad 14 atau 15 M yang lalu, juga tidak lepas dari jasa Khilafah. Khilafah Utsmaniyah di Turki telah menghantar para dai yang kemudiannya disebut dengan Walisongo untuk menyebarkan dakwah Islam di Nusantara.

Oleh sebab itu, fenomena jamaah haji yang berasal dari pelbagai negeri di segala penjuru dunia itu semestinya menyedarkan kita akan urgensi Daulah Khilafah. Sebab, salah satu urgensi Khilafah adalah menyebarkan risalah Islam ke seluruh dunia, dengan dakwah dan jihad fi sabilillah. Tanpa adanya negara Khilafah yang melakukan aktiviti dakwah dan jihad, nescaya kita tidak akan menyaksikan fenomena menakjubkan berkumpulnya jamaah haji dari seluruh penjuru dunia itu.

Adanya negara Khilafah sangat mustahak kerana menjadi pelaksana aktiviti dakwah dan jihad untuk menyebarkan Islam ke seluruh umat manusia. Maka, sifat Islam sebagai risalah universal hanya akan terlaksana dengan adanya negara Khilafah. Allah SWT berfirman: 



وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا

Tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada seluruh umat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan (QS Saba` [34]: 28).

Selain itu, penerapan syariah Islam seperti pelaksanaan hudud, jinayat, kutipan dan pembahagian zakat, serta pelaksanaan pelbagai sistem kehidupan, termasuk kesempurnaan pelaksanaan ibadah bertumpu dan bergantung kepada keberadaan negara Khilafah. Bermaksud, tanpa adanya Khilafah, banyak kewajiban syariah tidak mungkin terlaksana secara sempurna.

Maka dari itu, Khilafah jelas sangat mustahak demi sempurnanya pelaksanaan pelbagai kewajiban syariah. Hal ini sesuai kaedah syara’:


مَا لاَ يَتِمُّ الْوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَواَجِبٌ

Selama suatu kewajiban tidak terlaksana kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu wajib pula hukumnya.

Wallâhu a’lam bi ash-shawâb.



No comments:

Post a Comment